Link ke menu-bar masih dalam proses editing. Tapi link ke posting sudah bisa dibaca. Terima kasih.

Sabtu, 24 November 2012

Kehidupan membudaya yang membentuk kepribadian

Dari sisi sejarah,

Melihat dari sejarah yang kini terbukti dengan keragaman budaya yang mulai membaur dalam kehidupan sehari - hari, kita patut bersyukur akan terwujudnya kedamaian dan toleransi yang seimbang hingga mampu membawa Sulawesi utara sebagai contoh yang patut diangkat jempol di Nusantara.



Sam Ratulangi (5 November 1890 - 30 Juni 1949)
Pahlawan nasional dari Minahasa yang bernama lengkap Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, adalah sosok cendekiawan yang membawa perubahan bagi bangsa Indonesia saat itu. Beliau memperoleh gelar Doktor der Natur-Philosophie (Dr. Phil.) untuk Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Universitas Zurich (1919). Melalui filsafatnya "Si tou timou tumou tou" yang artinya: manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia, sang Doktor tersebut menyerukan agar kita memberi diri terutama dalam memberi pendidikan kepada orang lain, dengan kata lain toleransi kita sebagai manusia terhadap manusia lain di sekitar kita.

Kebudayaan barat yang masuk di tanah Minahasa juga sangat mempengaruhi kebiasaan dan adat istiadat yang sudah ada, mulai dari pendudukan Portugis, Spanyol hingga Belanda. Hal - hal yang mempengaruhi kehidupan saat itu :

1. Masuknya agama (Kristen) membawa perubahan atas kepercayaan animisme.
2. Perdagangan dengan menggunakan alat tukar.
3. Pendidikan.

Di tahun 1828, Kyai Mojo seorang pejuang yang berasal dari Jawa, dibuang dan diasingkan ke Tondano bersama dengan kerabat dan pengikut - pengikutnya. Beliau yang juga adalah Imam, turut membawa agama Islam masuk ke Minahasa, tepatnya di kampung Jawa Tondano (Jaton).

Pada tahun 1942, Jepang menduduki Indonesia tak terkecuali Minahasa. Bangsa Jepang saat itu dikenal sadis dan kejam terhadap jajahannya apalagi tahanannya. Tak sedikit kepala yang dipenggal, ataupun ditembak mati saat menjadi Romusha. Bencana kelaparan dimana - mana, tapi dibalik itu Jepang meninggalkan kesatuan militer PETA (Pembela Tanah Air), yang menjadi awal mula TNI. Dibentuk berdasarkan maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16. Sisi positif yang mempengaruhi kehidupan saat itu termasuk di Minahasa adalah kedisiplinan akan segala hal.

Dari sisi budaya,

Tarian Maengket,
Tarian ini terdiri dari tiga babak, yaitu :
maowey kamberu, Tarian ini diadakan saat panen padi tiba, guna mengucap syukur kepada Tuhan Sang Pencipta.
marambak, Tarian yang biasa dibawakan diatas rumah panggung dalam sebuah pengucapan syukur demi menguji ketahanan rumah yang baru selesai dibuat.
lalayaan biasa digunakan oleh kaum muda dalam mencari jodoh. Jadi di jaman dahulu pemuda dan pemudi bertemu di ajang seperti ini.

Mapalus,
Adalah kebiasaan saling membantu akan segala pekerjaan, terutama dalam hal pertanian dan acara - acara pengucapan syukur yang diadakan oleh satu anggota mapalus. Jadi seperti arisan tapi tidak boleh diuangkan, namun harus ikut bekerja bergantian tempat, dari kebun yang satu ke kebun anggota yang lain.

Pengucapan Syukur,
Kalau di amerika ada Thanksgiving, di Minahasa ada pengucapan
Entah kapan pastinya tradisi ini dimulai, tapi biasanya pengucapan syukur ditandai dengan panen Cengkeh. Sebab cengkeh merupakan hasil utama di tanah Minahasa. Orang - orang dari perantauan akan pulang ke kampungnya untuk bersua dengan saudara - saudarinya. Sang penjamu harus siap, agar tidak merasa malu jika kehabisan makanan. Sebab disaat seperti ini, selain porsi orang Minahasa besar, juga pulang membawa "nasi jaha" atau nasi yang biasa dimasak didalam bambu. Diadakan di hari minggu selepas gereja, dan dilaksanakan setahun sekali. Kebersamaan adalah kunci dari pengucapan syukur.

Kesimpulan,

Kaum muda di Sulawesi utara, khususnya Minahasa sudah sepantasnya mencontohi sikap dan pengorbanan dari para pahlawan yang pada masa lalu dengan gigih membawa kita ke kehidupan yang damai seperti sekarang ini. Rasa nasionalisme harus dikembangkan, tentunya bagi pelajar melalui prestasi di bidang pendidikan.Kaum muda di Minahasa sudah mulai luntur akan nilai - nilai budaya yang mendidik. Jika di jaman dahulu pemuda dan pemudi hanya bertemu dalam sebuah pagelaran tari, masa kini segala tempat pun bisa.
Dalam kehidupan bermasyarakat kita sepantasnya melihat disekitar kita, bahwa kita tidak sendirian. Kita hidup bersama - sama dengan orang lain, dari latar belakang dan agama yang berbeda. Bahu membahu dan disiplin dalam membawa diri. Tak lupa juga kita harus mampu mengucap syukur dan semoga kebersamaan ini terus berlanjut hingga generasi berikutnya. 




Share This
Subscribe Here

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Torang pe kampung Copyright 2012 valdys
for special purpose